Semarang, 27 September 2015
Dinding persembunyianku tak bisa menutupi dosa
Aku lemah, takut
Aku malu tak terkira
Tentang kenangan sebuah malam
Hitam, kelam tapi masih dirindukan
Hati penuh penyesalan, bila adzan berkumandang
Tapi mungkinkah otak yang busuk menjadi jawaban
Setiap waktu, kesempatan berbuat dosa selalu ada
Walau seratus hari air mata menjadi balasannya
Kisah itu tak terlupa
Tuhan tau, malaikat juga
Mereka melihatnya, begitu dekat memperingati
Aku berlari tak mengubris, waktu serasa ikut mengklabuhi
Detak jantung pun tak terdengar lagi, luput
Bahkan tak ku kenali diriku sendiri
Untuk kehendakku, sudah lama ingin kulakukan
Beranjak, menghapus kabut yang mengepungku
Menuju cinta Tuhan
Aku takut maut yang semakin dekat, seakan menjemput
Waktuku telah habis, saat nya aku kembali
Memastikan sudah dijalan kebenaran
Menjauh dari kenaifan manusia
Raih indah dan nikmatnya surga, katanya
Bersama yang terkasih
Seribu tahun hidup bahagia dan abadi
baris terakhir koq jadi kaya film breakdown 🙂
hahahaa msa ah mas nov, kebetula aj po? atau mang mas nov sngaja disama@in haaa