Sebagai Seorang Anak, Aku…

Aku tak pernah menyesal sdh dilahirkan, bahkan aku sgt bersyukur. Aku tak mengingkari bahwa apa yang ku dapat selama ini kiranya atas doa dan ridha orang tuaku, pun bs sampai pd titik ini itu berkat kasih sayang, kerja keras, doa dan cinta mereka.

Bahkan diusia ayah yang memasuki kepala 7 beliau masih bersemangat mencari nafkah, setelah pensiun dr Pertamina tidak membuatnya menikmati hari tua, tapi sebaliknya. Ia tetap berusaha agar apa yg anak sulung nya dapat pun bisa dirasakan anak Bungsunya, Zahro si Kriwil ku. Selepas sholat subuh, setiap harinya selalu berjualan bakau dipasar Kedokan hingga pukul 8 pagi, dan tanpa libur kecuali hujan besar dan sakit.

Sedang ibuku, perempuan luar biasa yang tak pernah lelah. Selain menjadi ibu untuk merawat Zahro, dan istri untuk ayahku. Ia juga menjadi Ibu rumah tangga yang mengurus semuanya sendirian, nyapu, ngepel, nyuci piring, nyuci baju, masak, mengantar dan menjemput sekolah zahro, dan menjaga warung sembako. Bekerja dari selesainya subuhan sampai jam 9 malam, setiap hari tanpa tidur siang dan mengenal libur.

Dan aku. Anak sulung dari mereka, seorang kakak untuk ketiga adiknya. Beberapa kali mengecewakan mereka, dan belum bisa menjadi contoh yang baik dimasa mendatang.
1. Seharusnya aku bisa melanjutkan SMA di cirebon tapi tidak, aku memilih Ke Brebes bahkan aku tak bisa menepati janjiku dan harus pindah ke Tegal Karena kesalahan ku.
2. aku menyia-nyiakan kesempatan ku berkuliyah di semarang, aku lulus terlambat.
3. Jika aku ingin balas budi untuk semua pengorbanan kedua orang tuaku, seharusnya aku mau dijodohkan. Tapi tidak, aku justru lebih mementingkan kebahagiaanku sendiri .
4. Orang tuaku menginginkan ku untuk tinggal dirumah, dan lagi aku tak bisa.

Tapi, bukan tanpa perjuangan. Tanpa mereka tau aku melakukan apa saja untuk bisa mengurangi beban mereka. Dari jualan baju, membuat bros dan menjualnya ke temen temen Kuliyah, membuka jasa print dan edit makalah, bekerja ditempat laundry pakaian, lalu membuka warung makan bersama Tarti Khumaira, mengikuti program Kkn mandiri, membuat buku, bekerja sebagai baby sitter infal, sbg Spg Tas, bekerja sbg Qc di pands, ikut bu Jauharotul Farida, sebagai operator, sbg Bc di perusahaan pialang ya teh Laeli Yuliana Ayuningtias, balik lagi sbg Spg bocorocco sampai lulus.

Dan aku melakukan ini melawan gengsi, sambil berburu skripsi dan menyempatkan diri untuk ttp bisa menghadiri undangan kegiatan adik kelas.

Aku sadar, kebutuhanku banyak. Dan aku tidak bisa terus menerus mengandalkan orang tuaku, untuk makan minum, perlengkapan mandi dan mencuci, fotokopi, untuk bayar kos, Registrasi semester. Aku sadar, aku juga butuh pulsa, paket data, makeup dan minyak wangi, service laptop, beli flashdisk. ganti pakaian dalam, sepatu dan sandal rusak, celana kekecilan, pengen Krudung dan baju baru. Tentu aku harus seperti mereka pekerja keras. Karena terkadang aku juga butuh berlibur.

Itu semua tak ada artinya, apa yang aku lakukan tak sebanding. Aku tau dan aku mengerti.

Tanpa dikatakan berulang kali aku mengingat ya, aku memikirkannya, aku tau apa yang harus aku lakukan, membahagiakan tanpa diminta. Dan berharap allah memberikan lagi kelapangan aku,  kelaparan hatiku, kelapangan rezeki dan kesabaran kedua orang tuaku agar ditambah. Aku mau mereka percaya dan mendukung apa yang aku lakukan tak lepas demi mereka. Untuk kita bersama. 

Published by dloen

Aku Fadlun, Anak pertama dari 4 bersaudara, kelahiran Indramayu, 19 Juni 1992. punya cita- cita dan mimpi menjadi orang hebat. menempuh pendidikan kuliyah di UIN Walisongo Semarang, besar harapan bisa mengubah perekonomian keluarganya di masa depan.