Indonesia, Katanya

1 April 2015

 

Negara kita masih punya nama

Indonesia, katanya

 

Dengan sistem demokrasi

Namun tak ada suara yang didengar

Hilang diterpa angin dan berlalu begitu saja

Ada hak yang dirampas

Karena suara-nya suara pasti

Tak boleh ada kata menolak

Harus seiya dan sekata

Padahal ‘Dia’ tangan Tuhan, celakalah Indonesia

Jika bersuara dianggap menentang

Jika berpendapat tak cukup ada tempat

Sedang nurani mengoyak dan sedih

Tak ada lagi waktu bernegosiasi dan audiensi

Ironisnya milik mereka yang berkuasa saja

 

Indonesia, Indonesia Negara kita

Katanya sudah merdeka

Tak lagi ada penjajahan

Yang kaya akan rempah – rempah

Pemimpinnya berpacuh pada rencana

Tapi tak cukup berhasil sejahterahkan rakyatnya

Mereka yang diujung kemiskinan masih berteriak

Menangis terdengar pilu meratapi nasib

Berharap pada takdir tak lagi bersembunyi

Pada wajah – wajah saat berkampanye dan berjanji

 

Sejarah tentu akan mencatat

Ukiran jejak – jejak pemimpinnya

Itulah, duniapun akan ikut menyaksikan

Apakah pantas dikenang sepanjang usianya…..

 

*ditebitkan oleh Teater Akar FKIP Universitas Pancasakti Tegal , Antologi Puisi Kritik Sosial dengan judul “Kisi- Kisi Negeri Tanpa Teinga”

Published by dloen

Aku Fadlun, Anak pertama dari 4 bersaudara, kelahiran Indramayu, 19 Juni 1992. punya cita- cita dan mimpi menjadi orang hebat. menempuh pendidikan kuliyah di UIN Walisongo Semarang, besar harapan bisa mengubah perekonomian keluarganya di masa depan.