Rencana Penggarapan Buku, Dloen Edisi 2014

Lama nih nggak posting, kerasa banget susah buat nyusun kata-kata diawal paragraf. jelasnya, kali nih dloen akan bagi cerita lagi untuk ke sekian kalinya. yap, tentang dloen yang belum lama nih singgah di Maluku Utara, Indonesia bagian Timur. tepatnya Kepulauan Tidore yang punya julukan Zamrud Katulistiwa.
Awal kisah……………….

EPISOD SATU

Tyas Anggelia Putra, Dia Sahabatku.

Ekspedisi NKRI 2014 adalah minatku. Aku punya mimpi pergi keluar Jawa, naik pesawat dan Speed Boat. Satu barisan dengan Tentara, berfoto dengan baju loreng mereka yang gagah dengan Baret dan Senjata yang dikenakannya. Pasti mengagumkan!.
Aku Tasya, Natasya.

@

Semarang, 21 Januari 2014
Makan, nyanyi-nyanyi dikamar mandi, nonton film india, nge-Game, jalan-jalan, mutar-muter kota Semarang ngabisin bensin tanpa tujuan, nongkrong dikantin kampus, gulang- guling dikamar nggak jelas, dan malas-malasan depan laptop. Yah aku. Itulah aktivitasku. Aku mahasiswi semester 7 sedang dalam tahap Skripsi. Yang mulai jenuh, bosan dan malas dengan semua rutinitas yang ku jalani. Aku merasa hampa dan kosong, terlebih saat lengser dari jabatannku sebagai ketua di Himpunan Mahasiswa Jurusan Komunikasi. Seperti linglung, bingung dengan hidupku sendiri yang begitu dan sama saja.
“Tasya!” suara Tyas memanggilku, memaksaku menolehkan pandangan kearahnya dan sejenak meninggalkan laptop kesayanganku.
“Iya, ada apa?” tanyaku gemas kearahnya, dia mengganggu ketenanganku lagi kali ini, “ awas aja!” gumanku kecil dalam hati.
“Tasya, please deh. Kenapa sih selalu aja facebookan. Gak bosen apa?”
“Nggak”
“Skripsimu gimana?”
“Gampang!”
“Iyaaaaaaa tasya, aku tau. Maksudku, kapan kamu mulai menggarapnya sayang?” tanyanya lagi. Kali ini aku tau dia serius.
“Ah, paling juga empat bulan udah bisa kelar kok, santai mba bro” ucapku cuek.
Nah, kalau sudah begini seperti biasa Tyas kalah. Dia pergi keluar membanting pintu kamar kita.
Tyas, dia sahabatku. Sahabat terbaikku. Anak orang kaya, cantik, pintar, rajin, dan baik, yah walaupun cerewet seperti nenek lampir tapi tetap saja dia istimewa, orang yang selalu ada untuk menjagaku, menyemangatiku, mendorongku dan mengingatkanku. Halnya dengan Skripsi. Dia terus mengomel untuk urusan ini, bisa dibilang alarm buatku.
“Hei bodoh, kamu sudah tau info Ekspedisi 2014 belum?”
Busyet deh, kenapa nih makhluk tiba-tiba ada dibelakangku lagi sih, kapan dia balik dan masuk kamarku?. Harusnya aku mendengar suara langkah kakinya atau tau saat dia buka pintu, “oh god, alamat bakal diceramahin lagi nih” keluhku dalam hati.
“Kenapa sih, kamu nggak suka aku datang lagi tas?”
“Nggak kok, heran aja. Kapan kamu datang?”
“Oh, ekspresi kamu jelek amat, ups sorry kalau nggak ketuk pintu dulu”
“Ok, fine. Ini kan kamar kamu juga, tapi ngomong-ngomong Kamu nggak jadi bimbingan?”
“Jadi”
“Lalu?” tanyaku sambil melototkan mata, mulai sedikit geram.
“Haaaasantai bu. Bimbinganku masih satu jam lagi kok, lagian aku cuma mau kasih tau 2014 ini ada Ekspedisi yang dipanitiai Kopassus loh”
“Ekspedisi? Kemana?”
“Maluku dan Maluku Utara, gimana minat?”
“Emm, boleh juga tuh!, apa syaratnya yas?”
“Tanya mas ipud aja, dia yang share infonya”
“Mas ipud mana?”
“Aduh tasya sayaaang. senior kamu kok anak Komunikasi juga, dia angkatan 2009”
“Oh ok, thanks. Lah Kopassus sih apa?”
“Aduh, ampun deh nih anak. Browsing aja noh di internet. Makanya siapa suruh punya laptop dan modem cuma dibuat nge-Game dan facebookan doang. Sekali-kali buat manfaat kenapa sih, cari bahan Skrip”
“Oh, iya, iya. Okey siap tyas sayang. Makasih ya.” Celetukku, mengakhiri celotehnya yang panjang kali lebar. Enak aja main menghakimi. Emang dia siapa.
“Kenapa kamu, marah? Karena aku ceramahin lagi siang ini?”
“Emmm”
“Ya udah buruan buka tuh mbah googlenya, cari disitu sekalian info Ekspedisinya. Pasti ada”
“Iya. Makasih!”
“Udah gitu doang, senyum dong ayo senyum.” Pintanya sambil menyenggol bahuku dan menggerak-gerakkan bibirku.
“Udah, udah, buruan ngampus, nanti telat lagi!” timpalku, mengakhiri pembicaraan.
“Iya, tapi jangan marah gitu dong, please smile ledies”
“He..hehehee” akhirnya aku pasrah, kembali memaafkannya. Dia memang orang yang paling bisa, yang selalu membuatku tersenyum bahagia dan menjadi orang yang beruntung karena mengenalnya.
“Okey. bye gadis, jagan lupa mandi ya”
“Tyaaaaaaaaaaaaaaaaaaas!”
Selalu dan selalu. Kebersamaan kita selalu diakhiri dengan ejekan menyebalkan. Tapi tetap aku tak mampu tanpanya. Tanpa tyas sebagai sahabatku.
@

Kopassus, Komando pasukan Khusus milik TNI Angkatan Darat. Dan Ekspedisi 2014 kali ini menjadi tanggungjawabnya yang membawai beberapa gabungan antara lain; TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, Dosen, dan Mahasiswa. Maluku dan Maluku Utara pilihan tempatnya. Masih ada satu minggu buatku bisa mempersiapkan persyaratannya, sebelum akhirnya pendaftaran ekspedisi ini ditutup.
“Fantastik!, pokoknya aku harus ikut!” teriakku lirih.
“Kenapa senyam-senyum sendiri kamu tas” tyas menghampiri.
“Tas. Tas. Tas, sekali lagi kamu panggil namaku tas, aku timpuk juga kau pakai bantal yas!”
“Hahaha, kenapa. Kan benar nama kamu tasya, dan panggilan tas yang paling cocok, iya kan?” godanya membuatku bête.
“Natasya. So, kamu panggil aku nata, yaplease..” aku memohon.
“Okey nata, ada apa sih? Kok senyum-senyum gitu?” ejeknya lagi.
“Em, thanks ya yas, kamu tunjukan jalan terindah buatku, dan ini pasti akan jadi petualangan yang seru. Aku yakin!”
“Soal ekspedisi itu kah?” tanyanya penasaran dan aku menggagguk cepat.
“Tapi, itu kan ada seleksinya”
“Aku tau”
“Jadi belum tentu juga kan kamu bisa masuk tas, opss, nata maksudku?”
“Gak ada yang immposible kan?
“Tapi itu terbuka untuk mahasiswa se- Indonesia!”
“Iya, makanya aku mau ikut”
“Lagian kamu kenapa tiba-tiba aneh gini sih, rasanya seperti tidak suka ngelihat aku bersemangat ikut Ekspedisi?” lanjutku heran melihat ekspresi muka tyas yang datar.
“Aku serius tas, ini akan sulit buat kamu terpilih sebagai peserta”
“Makanya aku mau nyoba”
“Tesnya banyak. Ada wawancara, psikotes, dan lari”
“Iya nggak masalah, aku mau ngadu nasib. Barangkali aja kan Tuhan berpihak dan aku beruntung”
“Tapi ada tes renangnya juga kan tas, inget kamu tuh nggak bisa tas, nggak sama sekali.
“Cukup yas, sekali lagi tolong jangan panggil aku Tas, Nata okey!”
“Sorry, tapi nat.”
“Soal renang, yap aku pikirkan lagi. Aku ngerti, tapi please dukung aku jangan menakutiku lagi. Aku cuma pengen Ekspedisi ini. Aku”
“Iya, iya, maaf nat, aku cuma..”
“Khawatir yas? Iya aku ngerti. Tapi kali ini juga ngertiin aku dong. Sekarang Ekspedisi menjadi minatku yas. Huffttbukannya kamu yang kasih aku info ini, kenapa harus kamu juga sih yang melarangnya, yang ngebebani aku untuk menyerah sebelum aku sempat mencobanya. Menakutiku seolah aku tak berdaya dan berhenti gitu aja. Kenapa yas, kenapa?” aku mulai geram dan penasaran. Mataku mulai memanas dan hatiku seakan terus berteriak sedang otak berputar tak mengerti.
“Bukan, bukan itu maksudku nat”
“Aku cuma berharap bisa menjadi bagian dari ekspedisi 2014 ini, aku cuma ingin ke Maluku yas, naik pesawat dan spead boad gratis, terus bisa foto bareng dengan militer, apa itu salah yas?”
“Tapi tempat itu nggak pantes nat buat kamu, bahaya”
“Terus dikamar ini, begini dan sama saja. Please yas bantu aku. Apa semua inginku sekarang berlebihan? Aku yakin aku bisa masuk kalau kamu mau membantuku yas, please kali ini aja aku mohon” tak sadar air mataku jatuh, aku tertunduk lemas, dan menangis tyas pun balik memelukku. Ada jawaban yang melegakan, aku tau dia setuju.

@

Semarang, 22 Januari 2014
“Siang..siang, bangun woy!. Banguuuun.bangun!” teriakan tyas sedikit menggangguku. Kututup telingaku dengan bantal dan ku tarik selimutku lebih atas lagi menutupi seluruh tubuhku.
“Haduh nat, bangun dong, ayo bangun. Buruan mandi, bau asem tau!” teriaknya untuk kedua kali.
“Nataaaaa.jangan malu-maluin nama perempuan deh, masa jam segini masih saja diatas kasur. Sumpah budaya yang harus dibasmi. Nat, ayolah bangun sayang” kali ini tyas bukan hanya berteriak tapi juga menarik paksa selimut dan bantalku, dia juga tak berhenti menggoyang-goyangkan tubuhku dan mencoba mulai menarik tanganku.
“Ayo nata jelek, cepat bangun, mandi dan ganti baju” pintanya lagi.
“Iya, iya tyas. Tapi please bentar lagi ya” rengekku sambil membebaskan diri pindah dan melanjutkan tidur lagi ditempat yang lain.
“Nataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!” teriakan tyas kali ini tepat ditelingaku, busyet. Bisa pecah gendang telingaku bila gini caranya.
“Okey cukup, aku bangun yas. Puas!” teriakku balik kearahnya.
“Lagian, kamu parah sih nat. giliran waktu malam buat istirahat malah dibuat begadang nonton film india, ya gini deh giliran waktu pagi buat aktivitas loyo masih tepar dan gak mau bangun dari tempat tidur, benar-benar contoh yang salah!” ucap tyas panjang lebar, jadi deh aku dapat ceramahnya lagi.
“Buruan mandi airnya dah mau habis tau!”
“Nggak mungkin lah, orang semalem bak penuh banget kok”
“Yah parah, dibilangin nggak percaya. Terserah!” katanya cuek, lalu menyambar dompetnya dan melangkah pergi.
“Yas, mau kemana?” teriakku. Mengejar sosoknya buru-buru.
“Kalau kewarung nitip makan ya?” lanjutku
“Iyaaaaaaa” katanya menanggapi, lalu pergi lagi
“Beneran loh, nasi rames pakai telor dan jangan lupa es tehnya ya?” teriakku lagi sebelum sosok Tyas benar-benar menghilang.
Ku rapikan tempat tidur, melipat selimut dan menata bantal serta beberapa bonekaku. Maklum walau umurku 20 tahun tapi koleksiku tak kalah seperti anak kecil berusia 7 tahun. Dipojok tempat tidurku berjajar diantaranya seperti boneka Spongbob, Doraeom. Pisang, Bear, kura-kura, shoun the ship, Hello Ketty, Tazmania dan boneka-boneka itu rata-rata berukuran sedang dan besar. Semua pemberian Cuma-Cuma. Tak satupun ku membelinya sendiri.
Merasa rapi, beralih membereskan meja belajarku. menata semua buku yang berantakan diatasnyan dan membereskan kabel rool karena semua carger masih terpasang dan menyala padahal semua barang sudah diambil dan di nonaktifkan seperti Hp, lampu kamar, laptop dan sambungan printer. melirik sebentar kearah gantungan rasanya tak nyaman, ku ambil beberapa potong baju yang tergantung, yang kurasa sudah bau dan kotor, memasukannya kedalam ember tempat cuci pakaian kita. Selanjutnya bagian menyapu seluruh ruangan kamar dan sebentar lagi semuanya beres. Rapi, bersih dan enak dipandang.
“Assalamu ‘Alaikum..” seseorang datang mengucap salam.
“Waalaikum Salam, tumben ada salamnya segala?” cibirku, ketika mengetahui siapa pemilik suara itu yang tak lain Tyas.
“Hem mulai deh ngeledek, nih pesanannya datang nyonya” ucapnya, sambil menyodorkan dua kantong plastik.
“Nasi rames dan telornya ada?”
“Ada kok, tuh didalam!” tyas menunjuk kantong plastik yang tadi dibawanya.
“Es tehnya juga beli kan? Nggak pakai lupa kan?”
“Pake gratis iya” celetuknya
“Emang Habis berapa nih?” tanyaku pura-pura
“Udah ambil aja dulu, gampang lain waktu bisa gantian kan?”
“Serius nih? Kayak habis menang lotre aja kamu?” godaku menyenggol bahunya
“Seribu rius jeng, tinggal makan aja ikhlas ridho kok” katanya lagi
“Okey, makasih ya” ungkapku tulus.
Tyas mengangguk cepat.
Tak sabar rasanya mencium aroma sedap masakan bu Latifah, bukan Tasya namaku bila tak langsung menyantapnya.
“Eh..eh, mandi dulu sana”
“Tanggung ah, bentar lagi. Lagian juga lapernya sekarang”
“Jorok banget deh” Umpat Tyas lagi
“Biarin, yang penting hidup!” jawabku ngasal
“Terserah ya, tapi makan sebelum mandi itu bikin perut buncit loh, mau?”
“Beneran?” tanyaku penasaran, menghentikan sejenak suapan pertamaku
“Sebagai teman yang baik, Cuma bisa mengingatkan kan?” katanya lagi meyakinkan.
Selanjutnya ku ikat lagi bungkusan nasi yang tadi hendak kusantap, ku bereskan dan meletakannya diatas meja kemudian ku sambar handukku dan bergegas kekamar mandi dulu.
Siapa yang mau punya perut buncit, sama halnya aku. Aku tak bisa membayangkan bila perutku kembali buncit seperti beberapa bulan yang lalu. Semua baju jadi susah dikenakan karena tak nyaman. Merasa jadi orang yang paling tidak beruntung saat melihat beberapa rekan lain mempunyai perut langsing. So, hari ini aku rela menahan rasa laparku semntara untuk beberapa menit didalam kamar mandi hanya karena takut diejek lagi. Dikatain hamil pula karena keadaan perut yang beda, dan aku tak sanggup membayangkan lagi bila itu terjadi untuk kedua kalinya.
Dan hanya butuh waktu tujuh menit untuk membersihkan diri, selanjutnya aku bisa menyantap makananku lagi.
“Gila, mandi apaan kamu nat? bentar amat” ledek tyas.
“Kamu tuh apaan? Nggak lucu tau pakai acara bohong segala, mana yang katanya bak mandi kosong, airnya habis! Atau jangan-jangan tentang makan sebelum mandi bikin perut buncit juga cuma asal-asal kamu aja buat nakutin aku? Parah nih tyas, sudah bisa jadi penipu kakap nanti!”
“Ye, tapi kan demi kebaikan kamu juga tau, biar nggak males mandi!”
“Baik apanya? Ngebohongin teman kok dibilang baik, ngingetin boleh tapi nggak pakai bohong juga bisa kan?”
“Tyas, Bohong itu diperbolehkan asal demi kemaslahatan seseorang, dan itu buat kamu. Tau!”
“Waduh! tapi gimana aku mau percaya orang lain kalau sahabat sendiri aja bisa berbohong kok!”
“Idih, nih anak ngeyelan banget deh. Aku pakai bohong baru sekali ini aja langsung diributin, payah nih. Lagian bercanda kali bu. Lah kayak sendirinya nggak jahil aja. Bukannya kamu juga yang selama nih ngusilin aku, enak aja giliran aku yang ngerjain kamu bilang aku penipu kelas kakap. Kalau gitu gimana yang koruptor, mau bilang apa kamu kemereka? Kelas Hiu? Atau buaya?? Berani ngatai mereka?” tantangnya kemudian sok benar.
Aku hanya menanggapinya dengan senyuman, cukup senyuman saja. Menyikapinya dengan cuek dan tak ingin berdebat lagi. Karena perut rasanya tak tahan lagi. 100% kelaperan.
“Makannya jangan langsung telen bu, kunyah dulu” ledeknya lagi
“Idih, kelaparan bu? Kayak nggak makan selama sebulan aja deh, santaisantai” lanjutnya kemudian
“Hugk..hugk” aku tersedak, Tyas tertawa renyah.
“Haaaaaaaa..haaaaamakanya hati-hati kalau makan!”
Tak tahan dengan ocehannya, ku timpuk dia pakai handphone. Anehnya tak membuatnya berhenti malah semakin jadi usilnya.
“Oh..oh seorang tasya sekarang sudah nggak butuh Hp lagi ya, em .. biar aku jual lewat online aja deh, lima ratus ribu juga lumayan kan bisa buat bayar kos dua bulan” ungkapnya tanpa dosa.
“Gila kamu ya yas, aku siram juga nih pakai air galon kalau masih juga cerewet”
“Hahahaaa..emang tega?” tantangnya
“Parah nih orang, bener-bener kelewatan!” teriakku, membereskan semua bekas bungkusan makananku, dan beranjak pergi meninggalkannya untuk cuci tangan sambil memikirkan bagaimana caraku membalas dendam.
“Natasya, sahabatku yang paling malas, jorok, yang makan kayak kesurupan, aneh. Tapi langka. Haaaaaaaaa”
Samar-samar aku mendengar semua yang diteriakan tyas, termasuk juga semua umpatan yang dilontarkannya. Meskipun kita sahabatan tapi memang seperti seekor anjing dan tikus orang lain menyebutnya. karena diantara kita juga sering kali terlihat bertengkar hanya karena hal-hal kecil. Tapi inilah yang membut kita satu sama lain tak bisa jauh dan berpisah untuk waktu yang lama. dan Tyas Anggelia Putra, dia sahabatku.

lOLEO, 11 MEI 2014

nb: Natasya itu aku, that right

Published by dloen

Aku Fadlun, Anak pertama dari 4 bersaudara, kelahiran Indramayu, 19 Juni 1992. punya cita- cita dan mimpi menjadi orang hebat. menempuh pendidikan kuliyah di UIN Walisongo Semarang, besar harapan bisa mengubah perekonomian keluarganya di masa depan.