RIIKIINNNGGG
..
Jam beker di kamar Ziva menjerit, yang membuat sang empunya kembali dari alam mimpi. Ziva mengambil benda yang selalu membangunkanya yang terletak di sebelah bantalnya dan mematikannya. Dengan masih setengah sadar, dia melirik jam yang ditanganya.
Aaaaaa . Ziva berteriak kaget melihat angka jarum jam yang terletak diangka 6.45. RAKA .KENAPA NGGAK BANGUNIN GUE? TELAT LAGI KAN GUE? Raka adalah kakak semata wayang Ziva. Karena beda satu tahun dia tidak pernah memanggil kakaknya dengan sebutan kakak, abang, mas atau semacamnya.
sejurus kemudian, ia melesat ke kamar mandi. Dengan secepat kilat mandi, pake seragam, dan pokoknya semuanya serba kilat!
Setelah semuanya siap, dia berlari menuju halte yang tak jauh dari rumahnya.
Walaupun keluarganya kaya, tapi dia tidak pernah mengendarai mobil sendiri, dia lebih suka naik bus. Selain itu dia tidak pernah menyombongkan yang dia punya. Itu membuat teman- temannya suka padanya.
Ziva melirik jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya. Ya ampun! Busnya mana sih nggak dateng- dateng? Mana pelajarannya Bu Yeni lagi! Bisa dihukum gue, keluh Ziva.
Tak lama sebuah bus datang. Ziva langsung masuk kedalamnya.
^o^
Benar saja ketika Ziva sampai di sekolahnya, gerbangnya telah tertutup dan terkunci. Dia mencoba merayu pak satpam.
Pak, bukain dong? Bapak kan baik, rayunya.
Maaf, ya, mba terlalu sering telat. Saya takut di pecat, mba, jadi maaf saya tidak bisa membukakan pintu buat mba lagi, ujar pak satpam.
Kasian juga, ya, pak satpam. Masa Cuma gara- gara sering bukain pintu buat gue entar bisa di pecat, batin Ziva. Lagian kenapa sih gue selalu telat bangun?
Ziva berpikir. Gimana caranya gue bisa masuk? Setelah berpikir beberapa detik, akhirnya dia menemukan cara agar bisa masuk. Manjat tembok!!! Ya, itu jalan satu- satunya.
Akhirnya, Ziva lari mencari tembok yang tak jauh dari kelasnya. Dia memanjat tembok itu. Dan sampai di sebelah sebuah ruangan yang yang tak jauh dari kelasnya.
Bugg!!! Suara sepatu Ziva mendarat.
Siapa itu? Tiba- tiba terdengar sebuah suara yangn keluar dari ruangan itu.
Ziva mendongak ke sumber suara. Ternyata suara itu adalah suara Pak Agus, salah satu guru BP.
Shitt!! Ini sih sama aja bo ong. Kenapa gue bisa lupa kalo ruangan yang deket kelas gue tuh ruang BP? Bego banget sih gue, rutuk Ziva dalam hati.
Kamu lagi . Kata Pak Agus seraya menggeleng pelan.
Hehehe . Ziva menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Kali ini nggak ada maaf bagi kamu. Sekarang juga kamu bersihkan toilet, kata Pak Agus tegas.
Tapi, Pak .
Nggak ada tapi- tapian. Pokoknya sekarang bersihkan toilet!
Pak Agus meninggalkan Ziva dan kembali ke ruanganya. Sedangkan Ziva hanya bisa pasrah dan menuruti yang di perintahkan Pak Agus.
Dengan terpaksa Ziva membersihkan toilet yang terkenal jorok, bau, dan kotor itu.
^o^
TEEEETTTT .
Bel istirahahat berbunyi. Semua Siswa Siswi menghambur dari kelas mereka dan berebut tempat di kantin. Sedangkan Ziva, dia masih berkutat dengan pekerjaanya itu.
Drrrttt . Ddrrrrtt ..
Ponsel Ziva bergetar. Sebuah pesan singkat masuk .
From: Ara
Ziv, lo knp ga msuk skul? Tdi d criin Bu Yeni lho.
Ara adalah sahabat dan teman sebangkunnya. Persahabatan itu berawal dari Ziva yang, waktu kelas dua, pindahan dari Semarang tidak punya teman di sekolah barunya itu. Dan Ara lah yang mendekatinya dan mengajak Ziva berteman hingga menjadi seorang sahabat.
To: Ara
Gue b agkt, but gue gi b sihin toilet. Biasa lah, gue telat lagi!
Dengan cepat Ziva membalas dan mengirim pesan ke sahabatnya. Tak lama membalas pesan dari Ara akhirnya pekerjaanya selesai.
Huh!! Akhirnya selesai juga. Ziva mengelap keringat di dahinya. Dia berjalan keluar dari toilet. Dikeluarkanya ponsel dari saku bajunya.
Halo, Ra, lo dimana? tanya Ziva.
Gue di kantin. Udah selesai belum bersihin toiletnya?
Udah. Pesenin gue jus jeruk dong, haus banget nih. Sebentar lagi gue nyusul lo kesana. Ziva menyudahi pembicaraanya.
^o^
Lo ngapain aja sih kalo malem ampe bangunnya telat mulu? tanya Ara saat Ziva tiba di kantin.
Pertanyaan lo simpen dulu, karena gue haus, gue pengen minum. Kering nih tenggorokan, rasanya kayak nggak minum setahun! Ziva meneguk minuman yang tadi, sebelum ia datang, di pesannya melalui Ara.
Lo tadi nanya apa? tanya Ziva setelah meneguk setengah jus jeruknya.
kalau malem lo ngapain aja sampe bangunya telat mulu? Ara mengulangi kalimatnya.
Belajar, jawab Ziva singkat.
Gue percaya kok lo anak rajin, ucap Ara sungguh- sunggguh. Tapi sedetik kemudian, Bo ong! Nggak mungkin lo belajar sampe malem banget. Paling belajar main PS3, ya kan? tandasnya.
Hehehe tau aja sih lo! Gue jadi malu ama lo.
Lo kan emang biasa malu- maluin.
Tega banget lo ngomong kayak gitu ke gue, protes Ziva cemberut.
Sori deh. Gitu aja sewot. Just kidding, friend.
Gue juga becanda kok. Btw, Bu Yeni nerangin tentang apa?
Nggak nerangin apa- apa.
Maksud lo? tanya Ziva heran. Keningnya mengerut.
Iya, nggak nerangin apa- apa. Nggak tau lagi ada malaikat apa sampe tu guru ngomong gini ¹ “anak – anak, ibu tau kalian pasti bosen kalau belajar terus, jadi ibu hari tidak mengajar dulu , ujar Ara sambil menirukan gaya sang guru.
Berarti kelas kosong dong! Lah, Bu yeni kemana?
Kelas nggak kosong, tetap diisi ama Bu Yeni tapi cuma ngasih tau kalo nanti minggu depan bakalan ada siswa baru pindahan semarang. Katanya sih orang cakep, cool, cerdas, tajir pula. Tu guru kalau cerita meyakinkan banget ampe bikin gue penasaran tu siswa baru. Kalo lo penasaran nggak?
Penasaran? Di kamus gue nggak ada yang namanya penasaran. Gue kan bukan mupeng kayak lo.
Gue pengen nanya ama lo, tapi lo jawab jujur. Lo lesbi ya?
Maksud lo?
Iya, lo demen gu .
Heh!!! Kurang ajar lo!! Gini- gini gue masih doyan cowok tau!! sergah Ziva memotong kalimat Ara.
Ara terkekeh. Abis gue heran sama lo. Selama gue ama lo, gue nggak pernah denger lo cerita cowok, paling cuma kakak lo yang lo ceritain. Lo nggak pengen pacaran apa?
Gue pacaran kok.
Hah!! Lo pacaran ama siapa? Gue kok nggak pernah tau?
Sama cowok.
Iya gue tau, tapi namanya siapa?
Pokoknya ada. Tapi tempat gue ama dia beda, gue disini, dia disana. Walaupun kita jauh, gue nggak mau duain dia. Gue kan tipe cewek setia, ucap Ziva bangga. Udah, ah, masuk yuk! Bentar lagi bel nih Ziva melirik jam tangannya.
Ara mengangguk setuju, karena memang sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi. Mereka pun meninggalkan kantin dan menuju kelas mereka, kelas 3IPA2.
^o^
Kelas Ziva seketika hening ketika Pak Katno, guru kimia mereka masuk. Pak Katno terkenal guru yang killer di sekolahnya. Beliau terkenal dengan sering memberikan PR yang- menurut siswa siswi MALHIKDUA SCHOOL – sangat susah! Dan juga terkenal dengan hukuman yang beliau berikan. Hukman itu akan beliau berikan bagi semua siswa siswi yang tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku PR dan tidur di kelas.
Kumpulkan PR kalian. Kata Pak Katno tegas.
Satu demi satu maju untuk mengumpulkan tugas mereka. Hampir semua seisi kelas telah mengumpulkanya. Sedangkan Ziva masih mencari buku PR kimianya.
Ra, buku PR kimia gue ketinggalan, bisik Ziva pada Ara.
Di rumah?
Ya iya lah, ketinggalan di rumah. Gimana dong?
Belum sempat Ara menjawab, Pak Katno telah menegurnya.
Ziva mana buku PR kamu?
Mm anu Pak mm itu ke ke ke ting .ga .ga..ga lan, jawab Ziva dengan susah payah dan gugup.
Kamu tau apa yang harus kamu lakukan?
Ya, pak, saya tau.
Apa?
Mengerjakan salah satu PR yang Bapak kasih di papan tulis tanpa melihat buku.
Kalo nggak bisa jawab?
Berdiri di depan kelas sampai bel pulang sekolah berbunyi.
Bagus, kalo kamu tau. Sekarang kerjakan!
Ziva berdiri dari kursinya. Sesaat dia melirik Ara meminta doanya agar bisa mengerjakan di depan. Kemudian berjalan ke depan kelas.
Dengan gemetaran Ziva mengerjakan soal yang dibacakan Pak Katno. Untungnya, soal yang diberikan beliau, Ziva tau jawabannya.
Sudah, Pak, ujar Ziva.
Pak Katno melihat jawaban Ziva. Iya, benar. Kamu boleh duduk sekarang. Kemudian beliau meneruskan pelajarannya.
^o^
Utung, tadi, lo bisa ngerjainnya, ujar Ara saat bel pulang sekolah berbunyi. Kemudian mereka berjalan keluar kelas menuju keluar sekolah.
Gue juga bersyukur banget bisa ngerjainya. Ziva menghela napas lega.
Kayaknya itu kakak lo deh, tunjuk pada sseorang cowok yang sedang berdiri di gerbang sekolah.
Ziva mengangguk. Tumben, Raka mau jemput gue. Ya, udah, gue cabut duluan.
Ziva meninggalkan Ara dan lari ke arah Raka yang sedang menunggunya. Kalau dilihat dari raut wajahnya, sepertinya cowok ini sudah menunggu lama.
Tumben lo jemput gue. Pasti ada maunya, tuduh Ziva.
Tau aja lo! Ke mall yuk?
Elo ngajakin gue?
TAKK!!!
Raka menjitak kepala Ziva. Nggak. Gue ngajak tumbuhan. Ya iya lah gue ngajakin lo! Mau ya? Entar gue traktir es krim deh.
Kalo hari ini gue nggak bisa. Emang mau ngapain ke mall?
Yah . Masa nggak bisa sih? Raka kecewa.
Gue nanya, lo mau ngapain kesono?
Mm lusa kan Rahma ulang tahun, gue mau beliin dia kado yang spesial. Raka menyebutkan nama pacarnya.
Rahma? Siapa?
Raka nyengir kuda. Cewek gue donk, jawab Raka bangga.
Kalo nggak salah nama pacar lo kan Inez, ya kan?
Gue belum cerita ke elo, ya?
Cerita? Cerita apaan? tanya Ziva tidak mengerti.
Iya. Gue kan udah putus ama Inez dua minggu yang lalu. Terus, seminggu kemudian gue jadian ama Rahma.
Dasar playboy cap kucing garong!
Udah, lah, jangan nanya mulu. Gimana? Mau ya?
Kalo ke mallnya besok gimana? Soalnya hari ini gue banyak tugas yang harus gue selesain.
Besok . Raka berpikir sejenak. Tapi lo mau kan?
Iya. Gue mau, tapi jangan lupa eskrimnya yah?
Huh!! Dasar di kasih es krim aja baru mau!! Udah, ah, balik yuk, ajak Raka.
Ziva tersenyum manis sekali. Dan mengangguk setuju ajakan kakak semata wayangnya itu.
^o^
BAB 2