Selamat Tinggal Ayah

18-september-2008

kreeeeee……
pintu kamar udin terbuka, seseorang bertubuh tegap dengan bola mata yang teduh berada dibaliknya.
“din, sedang mengerjakan pr yach?, nanti dulu nak, ntar bisa dilanjutkan lagi dan sekarang makanlah dulu bersama kami karna adikmu telah menunggu”, ajak sang ayah dengan nada yang lembut.
“makasih, aku tak sudi makan semeja denganmu lebih baik sekarang kau pergi saja,pake acara ngajak segala !!!!!!!!.
“tapi nak…….”
“alaaaaa…….banyak omong, pergi sana !!!. ketus udin lagi.
sang ayah hanya bisa mengelus dadanya seraya terucap dari mulutnya”astagfirullah”

udin berteriak dan ditutupnya tugas yang sempat ia kerjakan sebelumnya, tubuhnya ia banting kekasur matanya menatap langit-langit dan pikirannya menerawang kejadian 2 tahun silam, disaat ibunya terkapar dirumah sakit dan butuh biaya untuk rumah sakit ia membutuhkan perlindungan dari seorang ayah, dan sayangnya sosok itu malahan pergi meninggalkannya, meninggalkan ibu dan adiknya dengan tangisan kehilangan

Published by dloen

Aku Fadlun, Anak pertama dari 4 bersaudara, kelahiran Indramayu, 19 Juni 1992. punya cita- cita dan mimpi menjadi orang hebat. menempuh pendidikan kuliyah di UIN Walisongo Semarang, besar harapan bisa mengubah perekonomian keluarganya di masa depan.

2 replies on “Selamat Tinggal Ayah”

  1. mamasya sara dah makin cedrik . dia dah faham kalau kita nak ambil gambar dia akan duduk diam2 . sebab memang dari baru lahir lagi dia dah biasa di ambil gambar .

Comments are closed.