Sejarah Jurnalistik dan Perkembangan Nya – CELOTEH SI DLOEN

Sejarah Jurnalistik dan Perkembangan Nya

I. PENDAHULUAN
Pers berarti media. Berasal dari bahasa Inggris press yaitu cetak. Apakah media itu berarti hanya media cetak? Tentunya tidak. Pada awal kemunculannya media memang terbatas hanya pada media cetak. Seiring percepatan tekhnologi dan informasi, ragam media ini kemudian meluas. Muncul media elektronik: Audio, audio visual (pandang-dengar) sampai internet. Jadi pers adalah sarana atau wadah untuk menyiarkan produk-produk jurnalistik.
Sedang jurnalistik merupakan suatu aktifitas dalam menghasilkan berita maupun opini. Mulai dari perencanaan, peliputan dan penulisan yang hasilnya disiarkan pada public atau khalayak pembaca melalui media/pers. Dengan kata lain jurnalistik merupakan proses aktif untuk melahirkan berita.
Hasil dari proses jurnalistik yang kemudian menjadi teks yang dimuat di media, berupa berita maupun opini.
Dengan demikian, kiranya pemakalah menganggap bahwasahnya penting untuk kita semua mengetahui sejarah jurnalistik itu sendiri.

II. PERMASALAHAN

A. Sejarah Jurnalistik Dunia
B. Sejarah Jurnalistik di Indonesia
C. Perkembangan Jurnalistik

III. PEMBAHASAN
A. Sejarah Jurnalistik Dunia
awal mulanya muncul jurnalistik dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia.
Sebenarnya, Caesar hanya meneruskan dan mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting dicatat pada “Annals, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.
Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para hartawan.
Dari kata “Acta Diurna inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal dalam Bahasa Latin berarti “harian atau “setiap hari. Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour dan bahasa Inggris “Journal yang berarti “hari, “catatan harian, atau “laporan. Dari kata “Diurnarii muncul kata “Diurnalis dan “Journalist (wartawan).
Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.

B. Sejarah Jurnalistik di Indonesia
Awal mula lahirnya Jurnalistik dimulai sekitar 3000 tahun lalu. Terdapat konsep dasar jurnalistik yaitu, penyampaian berbagai pesan, berita dan informasi. konsep dasar tersebut berakar dari saat ketika itu Firaun, Amenhotep III, di Mesir mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya yang tersebar di berbagai daerah provinsi untuk mengabarkan apa yang terjadi di pusat.
Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.
Media massa di Indonesia tumbuh dan berkembang secara unik, dibandingkan dengan negara lain, terutama bila dibandingkan dengan lahir dan tumbuhnya media massa di negara-negara barat dan AS. Media cetak di Indonesia lahir pada masa penjajahan Belandayaitu dengan terbitnya surat kabar Bataviase Nouvelles (1744). Koran ini tentu saja dijalankan oleh manajemen dan jurnalis Belanda. kemudian lahirlah pers “pribumi”, media cetak yang berkomunikasi dengan bahasa melayu atau bahasa daerah dan dipimpin oleh seorang pribumi. masuk dalam kategori ini adalah warta berita (1901) yang selain berbahasa melayu juga dicetak dalam bahasa latin. surat kabar lain yang lahir pada abad ke-19 meskipun telah dicetak dengan huruf latin dan berbahasa melayu tetapi umumnya masih di pimpim oleh orang-orang Belanda. Koran yang dipimpin oleh kaum pribumi ini merupakan cikal bakal “pers perjuangan” yaitu media cetak berbahasa Melayu yang menyiratkan cita-cita kemerdekaan dari penjajahan asing dalam kebijakan redaksionalnya.
Istilah pers perjuangan kembali populer setelah 17 Agustus 1945, yaitu Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi kemudian pihak Belanda (mencoba) menjajah kembali bangs Indonesia. Pada era 1945-1946, koran-koran yang membawakan suara bangsa Indonesia masih mendapat survive si tengah tekanan pihak Belanda. Wartawan Indonesia H. Rosiwan Anwar adalah contoh “sisa-sisa laskar panjang” yang mengalami sendiri masa-masa sulit itu.
Konsistensi pers cetak semakin terlihat pada perjalanan bangsa ini, mulai dari era demokrasi liberal (1950-1959), demokrasi terpimpin (1959-1965), demokrasi pancasila (1965-1998) dan kini, serta era reformasi (1998-sekarang).

C. Perkembangan Jurnalistik
perkembangan pengumpulan dan transmisi berita, meliputi perkembangan teknologi dan perdagangan, ditandai dengan munculnya teknik khusus untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi secara teratur yang telah menyebabkan, sebagai salah satu sejarah jurnalisme duga, kenaikan mantap “lingkup berita tersedia bagi kita dan kecepatan yang ditularkan.” Jurnalisme dan percetakan Penemuan jenis bergerak mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di 1456, menyebabkan penyebaran luas buku cetak. The berkala dicetak pertama adalah Mercurius Gallobelgicus , ditulis dalam bahasa Latin, ternyata tahun 1594 di Cologne , dan didistribusikan secara luas, bahkan menemukan jalan ke pembaca di Inggris.
Surat kabar pertama adalah Oxford Gazette (kemudian London Gazette, dan diterbitkan terus sejak), yang pertama kali muncul pada tahun 1665. Ini mulai diterbitkan sementara kerajaan Inggris pengadilan adalah di Oxford untuk menghindari wabah di London, dan diterbitkan dua kali seminggu. Editor pertama juga merupakan wanita pertama dalam jurnalisme, meskipun ia digantikan setelah hanya beberapa minggu. Pada saat ini, Inggris telah mengadopsi Undang-Undang Pers Restriction, yang diperlukan bahwa nama printer dan tempat publikasi disertakan pada setiap dokumen yang dicetak.
Perancis Surat kabar pertama di Prancis, Lembaran de France, didirikan tahun 1632 oleh raja dokter Theophrastus Renaudot (1.586-1.653), dengan perlindungan Louis XIII. Semua surat kabar yang kena sensor prepublication, dan menjabat sebagai instrumen propaganda untuk monarki. Jean Loret dianggap sebagai salah satu wartawan pertama Prancis. Dia menyebarkan berita mingguan masyarakat Paris dari 1650 sampai 1.665.
Jurnalisme di Amerika Informasi lebih lanjut: Sejarah surat kabar Amerika Surat kabar kolonial pertama nyata adalah New England Courant , diterbitkan sebagai sampingan oleh printer James Franklin, saudara Benjamin Franklin . Seperti banyak surat kabar kolonial lainnya, itu sesuai dengan kepentingan partai.
Ketika abad ke-19 berkembang di Amerika, surat kabar mulai berfungsi lebih sebagai bisnis pribadi dengan editor nyata daripada organ partisan, meskipun standar kebenaran dan tanggung jawab masih rendah. Selain berita lokal, banyak konten disalin dari surat kabar lainnya. Selain berita, mungkin ada puisi atau fiksi, atau (terutama di akhir abad) kolom lucu. ” Kebangkitan surat kabar terkemuka di AS Seperti kota-kota Amerika seperti New York, Philadelphia, Boston dan Washington tumbuh dengan munculnya Revolusi Industri, begitu pula surat kabar. Mesin cetak besar, telegraf, dan inovasi teknologi lainnya memungkinkan surat kabar untuk mencetak ribuan salinan, meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan pendapatan. Koran pertama yang sesuai dengan definisi modern koran adalah New York Herald , didirikan pada tahun 1835 dan diterbitkan oleh James Gordon Bennett, Sr . Ini adalah surat kabar pertama yang memiliki staf kota meliputi rutin ketukan dan berita tempat , bersama dengan bisnis biasa dan Wall cakupan Street. Pada tahun 1838 Bennett juga menyelenggarakan staf koresponden asing pertama dari enam orang di Eropa dan ditugaskan koresponden domestik ke kota-kota utama, termasuk wartawan pertama yang secara teratur meliput Kongres.

IV. KESIMPULAN
perkembangan jurnalistik dunia Dalam perkembangan jurnalistik, terkait penentuan jurnalis pertama dan kapan kegiatan jurnalistik pertama dilakukan, para ahli senantiasa merujuk pada Romawi masa Julius Caesar (100-44 SM). Jules meneruskan tradisi raja-raja terdahulu untuk menyiarkan kabar mengenai keputusan senat di papan pengumuman, Acta Diurna. Jules berpikir, walaupun kekuasaannya tanpa batas, ia harus mendapatkan inisiasi dari publik Roma. Istilah Jurnalis Sejak saat itu, dikenal istilah Jurnalis yang berasal dari kata diurnalis atau mereka yang menjadi juru tulis senat. Padahal, jika para ahli sains percaya adanya agama, perkembangan jurnalistik sudah ada pada masa sebelum Jules. Misalnya, catatan Eumenes, 363 SM. Ia telah membuat kisah orang-orang ternama masa itu, dari Alexander yang agung sampai Aristoteles. Lebih jauh lagi beribu tahun ke belakang adalah masa Nabi Nuh. Konon, saat banjir besar menghantam bumi atau berakhirnya zaman es, riak jurnalistik sudah terbangun. Nabi Nuh AS membutuhkan kabar yang akurat dan faktual tentang kondisi daratan. Dikirimlah jurnalis dadakan, namun bisa dipercaya karena memiliki kemampuan “radar magnetis” dan otak kecil alat navigasi di hidungnya. Ya, burung merpati. Si Merpati barangkali pangkatnya seorang reporter investigasi yang diminta mencari tahu kadar kesurutan air. Merpati terbang berkeliling hingga menemukan ranting zaitun yang menyebul di lautan. Ranting itu dipatuk, lantas dibawa sehingga Nabi Nuh mengetahui kabar akurat mengenai surutnya air. China Pada perkembangan selanjutnya, tradisi tulisan berlanjut di China. Surat kabar pertama pun lahir, King Pao. Surat kabar yang mengabarkan titah kaisar. Lantas, jurnalis tulis menulis sedikit surat di zaman kegelapan Eropa walaupun mendapat tempat manis di Asia. Pada masa itu, orang Eropa mengandalkan para penyair dari hall ke hall untuk mengabarkan kisah para raja dan pahlawan. Perkembangan berarti berlangsung pada abad pertengahan. Yakni, hadirnya mesin cetak. Guttenberg (1450), dengan izin Tuhan, benar-benar merevolusi dunia. Kehadiran mesin cetak telah membawa jurnalisme ke titik 100 persen. Kemudian, lahir media massa pertama di Eropa yang tidak ditujukan untuk para raja semata. Yakni, Gazzeta di Venesia. Sebagaimana umumnya kota Italia yang menganggap raja atau doge sebagai patron, kota dan para pengurusnya bersikap mandiri. Kemandirian informasi di Venesia inilah yang melahirkan Gazzeta. Amerika Di Amerika Utara, perkembangan pers mengikuti sejarah unik penjajahan Inggris pada dataran kolonialnya. Orang kolonial Amerika Utara itu, bahkan, memulihkan nama journalism sebagai kegiatan pencarian berita. Sementara di tanah Inggris sendiri, lahir Oxford Gazzete. Nama newspapper mulai digunakan menggantikan Gazzete yang berbau pizza Italia. Pada masa awal revolusi Industri, masa Descartes usai mencerahkan Eropa dengan filsafat ilmunya, jurnalistik mulai dipandang sebagai ilmu baru di ranah sosial. Karl Bucher dan Max Weber di Universitas Basel Swiss memperkenalkan cabang baru ilmu persuratkabaran, Zeitungkunde pada 1884. Di Amerika Utara, lahirlah sekolah beken dalam urusan jurnalis, Columbia School of Journalism pada 1912 oleh Joseph Pulitzer. Pada abad ke-20, kepakaran dan profesi semakin mencair. Ilmu dan teori jurnalisme semakin berkembang, kode etik dilahirkan, teknik pemberitaan diperluas. Nama-nama harum, seperti Hunter S. Thompson, Hearst, atau Tom Wolfe, mengembangkan jurnalisme sebagai teknik dan konglomerasi.

V. PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://aulia.mylivepage.com/wiki/1923_General/1038_sejarah_jurnalistik_dunia
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_journalism
http://forumwartawanindonesia.blogspot.com/2012/01/sejarah-jurnalistik-dan-perkembangannya.html
http://aky.ac.id/berita-125-sejarah-jurnalistik.html

Published by dloen

Aku Fadlun, Anak pertama dari 4 bersaudara, kelahiran Indramayu, 19 Juni 1992. punya cita- cita dan mimpi menjadi orang hebat. menempuh pendidikan kuliyah di UIN Walisongo Semarang, besar harapan bisa mengubah perekonomian keluarganya di masa depan.