Warung, Ibu dan Perasaan Dloen*

8 tahun sudah ibu menghabiskan waktunya berprofesi sebagai pedang. walau memang hasil yang dicapai bisa dibilang lumayan. tetap saja andai saya bisa berharap lebih, ibu tak usah berjualan.

warung sembako mandiri, warung milik ibu dan dloen ini emang dibilang ramai pembeli, bukan hanya sekeling tetangga, perkampungan bahkan dari desa luar pun tak jarang yang sampe datang kewarung milik kami. entahlah apa alasannya, mungkin karena harga yang ditawarkan ibuku lebih murah untuk tiap barangnya ataukah karena keramahan ibuku dalam melayani pembelinya, saya kurang tau untuk hal itu, hanya saja yang saya liat beberapa orang kadang belanja dengan total belanjaan yang banyak, ataupun hingga kadang banyak yang sudah menunggu antri untuk tiap orang yang ingin secepatnya dilayani.

saya cukup bahagia dengan kenyataan ini, ya dloen bahagia karena bisa kuliyah sampai saat ini pun itu karena warung milik ibuku, karena memang sejak juli, 2010 lalu ayahku pensiun dari kerjanya(pertamina), tak bisa dipungkiri memang ada uang pensiunannya atau sejenisnya, namun tak bisa dielakan juga kalau keluarga un punya pengeluaran yang tak sedikit terlebih jumlah keluargakupun bertambah. dengan itu kalau boleh jujur ada keprihatinan sendiri antara perasaanku terhadap ibuku yang tak berhenti menjaga warungnya hanya untuk membantu ayahku dalam memenuhi kebutuhan, bahkan dalam kondisi apapun. dirasakan saat kehamilannyapun ibuku masih bersikeraras membuka warungnya tanpa berfikir takut akan kandungannya saat itu.

sungguh, dloen tak mengerti sampai saat ini mengapa ibuku sangat mencintai warungnya,, dan pernah hanya karena ada pembeli yang datang dan aku tak tahu aku kena marah, ataupun saat adikku menangis tapi warung belum ibu buka, ibu lebih memilih membuka warungnya, dan saat kondisi ibuku yang lemas dia memaksa untuk menata barang belanjaannya agar rapi padahal waktu itu ibu harus istrahat tapi tak dihiraukannya, ataupun saat adikku mau berangkat sekolah dan dia harus minum obat tapi karena minyak goreng belum dikilo ibu tak menghiraukannya………………..

hmm,,,,,,apakah warung emang lebih berharga ya???

 

Published by dloen

Aku Fadlun, Anak pertama dari 4 bersaudara, kelahiran Indramayu, 19 Juni 1992. punya cita- cita dan mimpi menjadi orang hebat. menempuh pendidikan kuliyah di UIN Walisongo Semarang, besar harapan bisa mengubah perekonomian keluarganya di masa depan.