contoh naskah teater pendek

Kisah alun

    

Di sebuah terminal.

Alun seorang remaja yang berusia 14 thn, sedang mengadu nasibnya dengan bergelut bersama panasnya     matahari di siang hari. Alun sengaja selalu menyempatkan waktunya usai sekolah pagi, tidak seperti teman sebayanya yang sedang santai, belanja dan nongkrong karena alun harus mencukupi kedua adiknya sepeninggal ibu tercinta.

Alun             : gorengan    .gorengaaaaan    gorengan bu, pak, mba n maznya    monggo gorengannya pak, bu        . Masih anget nih, enak! gorengan        .gorengan..    gorengannya dua ribu 3, masih anget     ..gorengannya bu?, masih anget!.

Alun teriak tanpa pedulikan beberapa sosok yang memandangnya sinis, ia hanya bercita bagaimana cara nya dengan cepat kembali kerumah dengan membawa bungkusan nasi dan sisaan uang buat jajan kedua adiknya, selebihnya tak ia ubris. Sesaat alun berhenti untuk keliling ari satu arah kearah yang lainnya, diusap jidat miliknya dengan sarung tangan kumuh miliknya yang sudah pudar entah tak berwarna.

Kondektur : Surabaya    Surabaya    ..hayoooo Surabaya,,,,,ongkos sederhana dan ber ac..

Ucap kondektur itu dengan melambai2kan tangannya,     dan alun tanpa berfikir panjang lagi langsung berlari dan ikut menyeusup bersama beberapa para penumpang yang lain, dengan enjoy alun berteriak seperti biasanya untuk menawarkan gorengan hasil masakannya.

Adik kecil : mau,,,mau beli gorengan di mba itu..boleh ya ma        

Adik kecil itu merontah menarik tangan mamahnya sambil telunjuknya sesekali terlihat menjulurkan kearah alun, bagi dia saat seperti itu yang ditunggu, tanpa dipanggil alun mendekat dan sekali lagi menawarkannya langsung ke sang adik.

Alun : adik mau gorengan yang mana?

Alun mencoba bersikap ramah dengan berkata lembut kearah adik itu.

adik kecil : maaa    .beli yaaaa    

mama : ga mbak, dedenya lagi batuk, nanti tambah parah

adik kecil: mama aik kan gak batuk, kok ga boleh se maaaaaaa    kan pengen    .

Mama : nanti dede batuk, beli yang lain aja yaaaaa..

Mama adik itu berbisik kea rah anaknya, walau tak begitu jelas namun alun mendengarnya, alun sedih tapi mencoba bersikap tegar dan unjuk diri pergi, sebelum melangkah jauh seseorang memanggilnya, yang tak jauh dari posisinya berdiri tadi.

Pembeli : mbaa, gorengannya dong!, berapa harganya?

Alun : dua ribu tiga pak, bapak mau beli berapa?

Pembeli : ohh, lima ribu aja mba, dikasih cabe yaaa    ..

Alun : ini pak, trimakasih.

Alun langsung turun dimana ari mobil yang ia taikin tadi, alun amat bersyukur karena sudah terjual, walau tidak seberapa tapi cukuplah untuk membeli dua bungkus nasi putih. Alun mencari tempat teduh lalu uduk dengan meluruskan kakinya. alun yakin tdan tau persis bahwa orang yang tadi membeli gorengannya itu sebenarnya karena iba, tapi biarlah.

Di ciuminya uang lima ribuan itu, lalu memasukannya kedalam kantong celana lorek milinya.    srukkk         sebuah kertas terjatuh, lebih tepatnya sebuah foto using yang tersobek bagian bawahnya karena terkena air, seasaat alun terdiam, dan sesaat kemudian alun menangis. Khayalannanya yang indah tentang masa lalu tergambar lagi.

Alur mundur

Ibu alun : Kalau nanti ibu punya uang banyak, Ibnu mau minta di beliin apa, nak?

Ibnu melirik Alun, kakak semata wayangnya sesaat, lalu memandangi wajah teduh ibunya.

Ibnu : Hmmm     apa yach? Di beliin sepeda aja dech bu, biar nanti Ibnu bisa memakainya buat sekolah.     Sahut Ibnu bersemangat.

Ibu : Bagus itu nak!

jawab Ibu Wasiah di iringi dengan anggukan kepala, lalu disusul kemudian dia melirik Alun yang masih sibuk dengan bukunya.

Alun kecil: Kok Alun nggak di Tanya, bu?

protes Alun sambil menutup bukunya, dan berlagak marah pada ibunya dengan memonyongkan bibir.

Ibu:     Nah sekarang giliran kamu sayang, kalau nanti ibu dapat rizqi banyak dari tuhan, kamu mau di beliin apa sama ibu?

Alun menimbang- nimbang sebentar berlagak seperi professor dengan memain- mainkan pulpennya di jidat.

Alun: Aku mau minta duit aja!

jawab Alun singkat, sekaligus membuat adik dan ibunya terperangah dan saling pandang kearahnya dengan ekspresi wajah yang heran.

Ibu: Duit

Alun: Ya.

    Jawab Alun pasti sambil mengedipkan matanya.

Ibu: Memang buat apa uangnya nak

    Tanya Ibu lagi dengan nada yang sama, lembut dan bijaksana sambil mendektkan lagi kearah alun duduk.

Alun:     Alun mau di tabung, bu, biar nanti bisa sekolah tinggi, kan Alun pengen masuk Universitas bu, biar bisa jadi wartawan atau sutradara

Ibu Wasiah terharu. Sekalipun tidak percaya mendengar celoteh anak sulungnya.walau bagaimana pun dia bangga mempunyai dua berlian sekaligus. Tanpa terasa air matanya pun jatuh juga.

Alun : Ibu kok menangis

Ibnu: Hayooo    . Gara- gara mba Alun sih, ibu jadi nangis!

Lun: Enak aja! Orang mba nggak bikin ibu nangis kok

Ibu: Sudah     sudah     Ibu nggak sedih kok

Ibnu:     Terus, ibu kenapa nangis

    Ibu Wasiah, lalu memeluk kedua anaknya erat.

Ibu: Ibu menangis karena bahagia mempunyai kalian berdua,

    terangnya sambil menciumi rambut Alun dan Ibnu secara bergantian.

Alun n ibnu: Aku juga sayang ibu!

    ucap Alun dan Ibnu berbarengan.

Alun kembali-maju

Ibnu: mbaaaa    mbaaaaa    ..

Teriak kearah alun sambil menengadah, mengatur nafasnya        

Ibnu: mba icari eh malah ada disini,,,,mba kok nangis, mba kenapa    .mbaaaaaaa

Alun : adik, kok kamu disini, de ubaid sama siapa, mana diaaaaaaaaaaaaaaaaa/a/?

Ucap alun panic ketika tersadar, langsg berdiri dan pandangannya menengok kanan kirinya mencari adik bontotnya yang masih berumur 1 thn.

Alun: kenapa kamu tinggal dik? Kamu tau de ubaid masih kecil, sama siaapa dan dimana dia sekarang?

Nada alun meninggi, sambil menggoncang2kan bahu adiknya, yang seketika itu jg menangis ketakutan.

Ibnu : map mba, lagian dede nagisnya ga berhenti, dan ibnu lapar, bingung ya udah panggil mba aja

Ibnu ngomong sambil gemetaran nada suaranya, dan kepalanya tertunduk.

Aalun: ya allah dik,,,maafin mba yaa, ya sudah nih kamu belikan nasi satu bungkus sama dan belikan susu sasetan aja, kembaliannya adik simpen, mba mau lari ke dede dulu     yaa    .

Alun sebelum berlari, memeluk ibnu sebentar dengan perasaan haru, lalu mengusap sisa air mata dipipinya lalu menepuk pundak dan berkkata

Alun: hati2, nanti langsung pulang yy dikk    .

Di rumah.

Sebuah rumah kumuh dan kotor, tampak     seorang anak kecil sedang menagis, menjerit dengan peluh dijidat dan celana kotor basah, sepertinya habis trerjatuh dari dipan kayu lama milih ibunya. Alun langsung berlari dan menggendongnya. Alun memeluk erta tubuh mungil itu yang tiba2 meredah tangisannya, alun menciuminya juga.

Alun : maafin mba ya de,,,mba terlalu lama meninggalkan kamu disini. Map dee mba ga bisa kaya ibu, kasihan kamu de, ga seharusnya kamu seperti ini, andai aja ibu mesih bersama kita, dan pergi     , .mungkin kamu akan nyaman, dan kita semua bahagia dan tak susah    ..pasti kamu kangn ibu ya sayang..

Alun membawa adiknya duduk dipangkuannya, setelah mengambil air dari cere lalu meminumnya dan meminumkannya juga kearah dede. Alun sessaat termenung dan mendudukan adik bontotnya persis disampinganya.

Kendati tentang keadaannya sekarang, sepeninggal ibunya. Kini alun merasakan bagaimana susahnya berlatih kesabaran, mencari uang, menjaga kedua adiknya serta mengurus keperluan yang lainnya. Alun sadar sekarang, dan alun menyesal karena dulu tak belajar banyak dari sang ibu perihal itu semua.

Published by dloen

Aku Fadlun, Anak pertama dari 4 bersaudara, kelahiran Indramayu, 19 Juni 1992. punya cita- cita dan mimpi menjadi orang hebat. menempuh pendidikan kuliyah di UIN Walisongo Semarang, besar harapan bisa mengubah perekonomian keluarganya di masa depan.

8 replies on “contoh naskah teater pendek”

Comments are closed.